arwan
11-08-2002, 04:59 PM
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0204/08/iptek/SERA29.HTM
BEBERAPA waktu yang lalu, sebuah stasiun televisi swasta menayangkan sekelompok masyarakat di Thailand sedang antre di suatu restoran yang khusus menyajikan masakan dari aneka jenis serangga. Makanan tersebut begitu larisnya, sehingga mereka rela antre hanya untuk mendapatkan sepiring kecil masakan aneka serangga tersebut. Ternyata di bagian dunia yang lain, termasuk di negara kita serangga memang dapat digunakan sebagai bahan makanan. Tetapi, tentunya jenis serangganya tertentu dan perlu diketahui cara pemasakannya.
Lingkungan tropis sangat mendukung bagi pertumbuhan ribuan jenis serangga, banyak di antaranya ternyata diolah menjadi makanan. Beberapa jenis serangga, misalnya, rayap dan belalang, yang muncul di alam jumlah sangat banyak pada saat-saat tertentu setiap tahunnya. Bahkan, hampir tiap tahun beberapa lahan pertanian di negara kita dilanda ribuan hama serangga, khususnya belalang, yang menghabiskan tanaman padi dan palawija petani. Serangga dalam jumlah banyak tersebut, sebenarnya dapat dengan mudah ditangkap dan dimasak, atau diawetkan untuk persediaan. Serangga lain, seperti jangkrik dan kumbang banyak terdapat sepanjang musim panas, di saat bahan makanan lain mulai sulit diperoleh.
Nilai gizi serangga
Bagi kelompok masyarakat tertentu, terutama di Afrika dan beberapa kelompok di Asia, konsumsi larva dan serangga dewasa ternyata memberikan sumbangan zat gizi yang sangat berarti. Di Eropa dan Amerika, perburuan serangga untuk dimakan ternyata juga dilakukan, tetapi tujuannya sebagian besar adalah untuk gaya hidup. Banyak orang di negara-negara maju tersebut menyukai gaya hidup di alam bebas atau alam liar termasuk cara mendapatkan makanannya. Bagi mereka, serangga merupakan makanan favorit yang sering diburu. Aneka buku dan ribuan resep serta situs-situs di Internet tentang mengolah serangga sebagai bahan makanan telah dibuat dan dikembangkan oleh kelompok masyarakat tersebut.
Sebagian besar serangga kaya akan protein (40-60 persen) dan lemak (10-15 persen). Serangga dewasa kadang-kadang membutuhkan penghilangan kulit kerasnya sebelum dapat digoreng atau disangrai (digoreng tanpa minyak). Larva serangga baik dalam bentuk serangga muda maupun ulat (sering disebut caterpillar) dapat langsung dimasak. Komposisi gizi beberapa jenis serangga yang digunakan sebagai bahan pangan dapat dilihat pada tabel 1.
Belalang dan jangkrik
Salah satu faktor penting dalam memilih serangga untuk bahan pangan adalah jumlah yang tersedia di suatu tempat dan suatu waktu. Oleh karena itu, jenis serangga yang sering dipakai adalah jenis serangga yang melakukan migrasi (pindah tempat), biasanya dalam jumlah jutaan ekor. Di Afrika, fase migrasi belalang dalam jumlah yang sangat banyak sehingga mudah ditangkap dan dipanen disebut locust atau locustana. Dalam fase nonmigrasi, jumlahnya lebih sedikit biasanya belalang atau grasshopper hidup di lapangan atau padang rumput, juga merupakan bahan makanan yang cukup banyak digemari di banyak negara.
Di Zimbabwe, locustana atau belalang dikumpulkan sebelum fajar tiba, di mana serangga tersebut dalam keadaan tidak aktif. Kemudian mereka direbus dalam air mendidih, lalu dijemur sampai kering selama satu-dua hari. Jika akan diolah, sayap dan kakinya dilepaskan dan locustana kering kemudian direndam dalam air hingga air terserap, dimasak dengan bawang merah, tomat, dan hancuran kacang tanah berbumbu.
Di Etiopia, locustana ditumbuk dan direbus dengan susu, atau dikeringkan dan digiling menjadi tepung. Tepung locustana atau belalang ini kemudian dicampur dengan minyak sayur dan dipanggang menghasilkan makanan sejenis cake.
Di banyak negara Afrika, belalang segar disangrai, diberi garam dan dikonsumsi sebagai snack. produk ini tinggi kandungan proteinnya dan mengandung lemak dalam jumlah yang cukup.
Pada saat booming jangkrik beberapa tahun yang lalu, jangkrik goreng, sangrai dan peyek jangkrik diproduksi dan dijualbelikan sebagai lauk di beberapa daerah di Indonesia. Di Bangkok sejenis jangkrik, bahkan satu jenis kecoa tertentu baik dalam bentuk serangga dewasa maupun telurnya, sudah biasa dikonsumsi bagi golongan masyarakat tertentu. Anak-anak di Thailand mengumpulkan telur sejenis kecoa tertentu untuk digoreng. Belalang dan jangkrik juga disangrai dan digoreng di Papua Niugini.
BEBERAPA waktu yang lalu, sebuah stasiun televisi swasta menayangkan sekelompok masyarakat di Thailand sedang antre di suatu restoran yang khusus menyajikan masakan dari aneka jenis serangga. Makanan tersebut begitu larisnya, sehingga mereka rela antre hanya untuk mendapatkan sepiring kecil masakan aneka serangga tersebut. Ternyata di bagian dunia yang lain, termasuk di negara kita serangga memang dapat digunakan sebagai bahan makanan. Tetapi, tentunya jenis serangganya tertentu dan perlu diketahui cara pemasakannya.
Lingkungan tropis sangat mendukung bagi pertumbuhan ribuan jenis serangga, banyak di antaranya ternyata diolah menjadi makanan. Beberapa jenis serangga, misalnya, rayap dan belalang, yang muncul di alam jumlah sangat banyak pada saat-saat tertentu setiap tahunnya. Bahkan, hampir tiap tahun beberapa lahan pertanian di negara kita dilanda ribuan hama serangga, khususnya belalang, yang menghabiskan tanaman padi dan palawija petani. Serangga dalam jumlah banyak tersebut, sebenarnya dapat dengan mudah ditangkap dan dimasak, atau diawetkan untuk persediaan. Serangga lain, seperti jangkrik dan kumbang banyak terdapat sepanjang musim panas, di saat bahan makanan lain mulai sulit diperoleh.
Nilai gizi serangga
Bagi kelompok masyarakat tertentu, terutama di Afrika dan beberapa kelompok di Asia, konsumsi larva dan serangga dewasa ternyata memberikan sumbangan zat gizi yang sangat berarti. Di Eropa dan Amerika, perburuan serangga untuk dimakan ternyata juga dilakukan, tetapi tujuannya sebagian besar adalah untuk gaya hidup. Banyak orang di negara-negara maju tersebut menyukai gaya hidup di alam bebas atau alam liar termasuk cara mendapatkan makanannya. Bagi mereka, serangga merupakan makanan favorit yang sering diburu. Aneka buku dan ribuan resep serta situs-situs di Internet tentang mengolah serangga sebagai bahan makanan telah dibuat dan dikembangkan oleh kelompok masyarakat tersebut.
Sebagian besar serangga kaya akan protein (40-60 persen) dan lemak (10-15 persen). Serangga dewasa kadang-kadang membutuhkan penghilangan kulit kerasnya sebelum dapat digoreng atau disangrai (digoreng tanpa minyak). Larva serangga baik dalam bentuk serangga muda maupun ulat (sering disebut caterpillar) dapat langsung dimasak. Komposisi gizi beberapa jenis serangga yang digunakan sebagai bahan pangan dapat dilihat pada tabel 1.
Belalang dan jangkrik
Salah satu faktor penting dalam memilih serangga untuk bahan pangan adalah jumlah yang tersedia di suatu tempat dan suatu waktu. Oleh karena itu, jenis serangga yang sering dipakai adalah jenis serangga yang melakukan migrasi (pindah tempat), biasanya dalam jumlah jutaan ekor. Di Afrika, fase migrasi belalang dalam jumlah yang sangat banyak sehingga mudah ditangkap dan dipanen disebut locust atau locustana. Dalam fase nonmigrasi, jumlahnya lebih sedikit biasanya belalang atau grasshopper hidup di lapangan atau padang rumput, juga merupakan bahan makanan yang cukup banyak digemari di banyak negara.
Di Zimbabwe, locustana atau belalang dikumpulkan sebelum fajar tiba, di mana serangga tersebut dalam keadaan tidak aktif. Kemudian mereka direbus dalam air mendidih, lalu dijemur sampai kering selama satu-dua hari. Jika akan diolah, sayap dan kakinya dilepaskan dan locustana kering kemudian direndam dalam air hingga air terserap, dimasak dengan bawang merah, tomat, dan hancuran kacang tanah berbumbu.
Di Etiopia, locustana ditumbuk dan direbus dengan susu, atau dikeringkan dan digiling menjadi tepung. Tepung locustana atau belalang ini kemudian dicampur dengan minyak sayur dan dipanggang menghasilkan makanan sejenis cake.
Di banyak negara Afrika, belalang segar disangrai, diberi garam dan dikonsumsi sebagai snack. produk ini tinggi kandungan proteinnya dan mengandung lemak dalam jumlah yang cukup.
Pada saat booming jangkrik beberapa tahun yang lalu, jangkrik goreng, sangrai dan peyek jangkrik diproduksi dan dijualbelikan sebagai lauk di beberapa daerah di Indonesia. Di Bangkok sejenis jangkrik, bahkan satu jenis kecoa tertentu baik dalam bentuk serangga dewasa maupun telurnya, sudah biasa dikonsumsi bagi golongan masyarakat tertentu. Anak-anak di Thailand mengumpulkan telur sejenis kecoa tertentu untuk digoreng. Belalang dan jangkrik juga disangrai dan digoreng di Papua Niugini.