Qian Hu Arowana Competition 2004

[Roy Genggam]

Friends, sebagai org awam yg hanya sekedar penghobby (tdk tahu seluk beluk dunia ikan hias yg lebih luas), saya agak trenyuh. Pagi tadi saya baca Trubus baru (Okt '04) beritanya 1,5 hal ttg Qian Hu Arowana Competition 2004. Yg bikin saya trenyuh kalimat: Tujuh juri asal Jepang, Singapura, Taiwan, dan Thailand ....dst....dst....

Ternyata tdk ada juri asal Indonesia
Arowana salah satu ikan kebanggaan dan asli Indonesia (khususnya SR), tapi kok kayaknya kita tdk ikut terlibat yah dlm event2 sprt di atas

Saya jadi kembali teringat pada burung perkutut, yg konon katanya itu burung asli Jawa. Ternyata dikemudian hari yg banyak menangguk keuntungan justru org2 Thailand dgn "perkutut Bangkok"nya Juga dlm lomba2 perkutut yg melibatkan beberapa negara yg ada penggemar perkututnya, ternyata pakem lombanya tdk menggunakan pakem lomba perkutut di Indonesia
Seperti kita semua tau ahirnya kita menjadi pengimport perkutut Bangkok terbesar

Kembali ke arowana, semoga saja kita tidak ketinggalan dlm hal kepedulian thdp perkembangan arowana yg lebih menyeluruh (tdk sekedar jual dan "piara" aja). Takutnya kita ketinggalan, ujung2nya ngimport baik "ikan"nya mau pun "juri2" dan "pakem2" ikan bagusnya

Mungkin kawan2 ada yg bisa memberikan pandangan yg lebih luas ttg dunia ikan hias (khususnya arowana) agar penghobby2 awam sprt saya ini bisa agak kurang kekhawatirannya. Atau saya mungkin terlalu berlebihan khawatirnya??
Barangkali aja ada yg bilang "emang gua pikirin???, kasian deh lu

[JD Winata]

Pikiran /pendapat yg sama spt pendapat mas Roy, datang juga dari saya,
Moga2 kalangan farm aro di Indo (mungkin nanti terbentuk paguyuban asosiasi ,perhaps?) mulai ngatur dan terorganisir dlm tata membiakkan turunan aro2 kualitas unggulan, banyak pakar2 genetika ikan di fakultas2 perikanan dan peternakan di Indo yg bisa dan mau jadi konsultan genetika.
Mungkin juga siapa tahu ada pakar biologist air yg mau membuat penelitian ttg evolusi varian warna aro asia (terutama di sarangnya aro, Indonesia)
Satu hal yg sering saya temui di aro2 di rmh pemelihara aro di Indo, kbanyakan warnanya SR koq jadi orange semua, krn makanan asal dan air dgn pH tidak cocok ,plus kurang tanning sinar matahari. Jadi kesannya jelek banget, koq SR Papaya semua. Terakhir gue liat2 di Singapore dan Thailand, di resto2 ada yg miara aro SR, warnanya merah bgt dan keliatan mrk tahu standar2 parameter wajib dlm miara aro, mestinya kita di Indo juga kudu memasyarakatkan cara2 memelihara aro dgn optimum doong
Krn aro lumayan 'badak' utk adaptasi dgn kondisi diluar idealnya, bkn berarti its the best lho, aro2 hasil turunan penangkaran bergenerasi2 skalipun tetap aja punya parameter ideal living yg sama dgn aro alam.
Hayoo kita galakkan aro2 Indo , at least started di lingkungan masing2 dulu

[defro]

hehehe...emang begitu sikonnya......

Arwana emang ikan lokal kita, namun produksi (bibit) yang bagus2 telah diprioritaskan untuk di ekspor (higher price), sisa jual lokal hanya sisa sortir......dengan asumsi metode pemeliharaan sama kuat antara lokal & asing, ikan2 asing lah yang lebih unggul karena faktor diatas tadi.

Selain itu, negara lain lebih "Rajin" melakukan penelitian (terutama metode pemeliharaan yang baik) dan memasyarakatkan pengetahuan akan arwana (kepada masy luas mereka) melalui buku2, VCD, dll (hehehe.....Buku2 aro yang beredar di Indonesia semua buku asing).

Kalo kita?.....hehehe......dunia emang seperti itu, yang lebih berinisiatif dan develop akan lebih maju dari yang statis.......... , jadi tak ada yang perlu di-heran-kan..........

[r_yuchi61]

wah....kamana aja bung Roy, banyak yang kangen nich...?!

Kekawatiran itu Betul ,juga tuh banyak hal sebenarnya jika kita kawatir berarti kita peduli terhadap masalah itu khan?
sekedar contoh :
Dari tahu ,tempe katanya AS yang punya licensinya kita baru mulai...
Dari jambu,lengkeng----perkutut Bangkok semua serba bangkok dll
Dari Arowana...........sampai ....negeri Jiran,Jepang,Singapore ...dll
yang jelas meraka lebih "peduli" terhadap sekelilingnya untuk mendukung proses menuju sucses...dan terdokumentasi dengan baik dan rapi
Mungkin saya setuju bung JD , kita mulai dari sekeliling kita , atau lingkungan, daerah ,Nah atau para Pakar disini dan P.Komandan semacam ada forum khusus yang menyusun suatu catalog /buku atau apalah tentang Arowana (kupas tuntas Aro) gitu lah baru yang didaerah tugasnya mensosialisakan
Nah syukur-syukur pemerintah peduli dengan "hobby" yang kita punyai,
Kayaknya segitu aje dulu kali yeee Obat kangen u/ bung Roy
Fotonya bangus lho gw jadiin wall paper "Si-dongkak"

salam,

[N1WAN]

Originally Posted by Roy Genggam

Friends, sebagai org awam yg hanya sekedar penghobby (tdk tahu seluk beluk dunia ikan hias yg lebih luas), saya agak trenyuh. Pagi tadi saya baca Trubus baru (Okt '04) beritanya 1,5 hal ttg Qian Hu Arowana Competition 2004. Yg bikin saya trenyuh kalimat: Tujuh juri asal Jepang, Singapura, Taiwan, dan Thailand ....dst....dst....

Setau saya, salah satu jurinya adalah Pak Lim Soei Hian orang tuanya Pak Jimmy dari PT Dinamika Kapuas, dan rencana sebelumnya juga Pak Tris Tranoto dari PT Munjul Prima Utama

[Pesona_Arowana]

telor..telor ...ulet ..ulet...kepomponk..kupu2 ...kachian dech loch
OOooohhh indonesia koe ...

pesona_arowana,

[JD Winata]

Kasihan Trubus doong bukan mas Roy-nya ,siapa suruh salah nulis, tapi intinya bukan di Juri tapi sejauh mana pengembangan secara kualitatif dari aro Indo bukan hanya kuantitatifnya saja yg diperbesar.
Hayoo mas N1wan peloporin dong pengembangan kualitas aro indo dlm asosiasi peternak aro, dlm hal konsultasi indukan dan lingkungan pemeliharaan.
Kalo boleh sumbang saran, nanti saya pribadi akan meminta bantuan teman2 saya dari riset genetik akan bantu konsultasi dari genetika ikannya

[rianfish]

bung Niwan, jd sdh pasti jurinya ada org Indonesia nya? syukur deh....o ya, ada info tidak kalo di Singapore,Thailand, Malaysia, yg banyak meng import aro dan ternak jg, berapa perbandingan harga ikan kecil uk.15cm dan ikan besar 50cm yg dijual para hobiis atau harga pasaran disana. Bagaimana cara mrk menjual aro2 yg sudah besar, andaikan sistem titip indukan bagi hasil bisa dilaksanakan disini....peternak,pedagang dan hobiis, sama2 senang dan bersemangat buat membesarkan dan melestarikan Aronya.

[Julius]

Bukan saya sepelein, tapi salah satu juri itu baru aktif di AF belum terlalu lama dan kadang-2 diskusi via PM sama saya, posting dia yg pertama-2 masih banyak nanya sekitar arwana eh..tahu-2 udah jadi juri ...

[JD Winata]

He he he ,seru juga neh!
Tapi menurut gue kadang semua kriteria penilaian khan objektif lho, kelas SR mungkin ada yg senang ring tipis rapi, ada yg senang ring tebal full, ada yg suka gemuk dan ada yg suka aro langsing dan spoony.
Terus terang gue bolak balik liat aro ya rata2 kalo memang kelas bagus susah nilainya ya? liat koleksi N1wan jadi bingung , bagus semuanya, liat foto2 bang Julius juga salut sama ring2 VFSRnya ciamik2 .
Intinya mungkin ke pendapat mas Roy bkn ttg jurinya tapi bagaimana masyarakat aro Indo ke masadepannya, apa akan berakhir spt perkutut dsb?
Gue bantu experiment aja deh dan sharing2 aja kalo ada yg mau nanya ttg air dan penyakit ,mumpung contekan di perpustakaan banyak he he

[defro]

Emang kalo penilaian sifatnya subjektif.....toh selera orang berbeda2......

Kalo menurut saya, kalo mau memajukan dunia aro Indonesia, pertama2 langkah yang harus dilakukan adalah memasyarakatkan arwana kepada khalayak ramai, baik mengenai jenis2nya, cara pemeliharaannya, penyakit2nya dsb..dsb.

Soalnya kebanyakan teman saya, saudara saya, kenalan saya, hampir 100% tau ikan arwana, tapi selalu bilang...."Aku sih suka arwana, tapi takut mati kalo piara, soalnya harganya lumayan mahal, dan aku belum pernah piara arwana sebelumnya, jadi belum tahu tehnik2nya. jadi mereka banting setir piara KOI.

Jadi langkah awal solusi atas masalah diatas adalah: harus ada ahli/pakar arwana Indonesia yang mau menerbitkan BUKU yang bermutu mengenai arwana dalam BAHASA INDONESIA dan dapat dibeli dengan mudah di toko2 buku terkenal seperti Gramedia, Gng agung, dll, jadi mudah diakses orang dan menjadi buku yang sifatnya UMUM.

Buku arwana yang ada di Gramedia saat ini mutunya buruk (tipis lagi), tidak banyak yang didapat dari membaca buku itu.

[Julius]

Originally Posted by JD Winata

He he he ,seru juga neh!
Tapi menurut gue kadang semua kriteria penilaian khan objektif lho, kelas SR mungkin ada yg senang ring tipis rapi, ada yg senang ring tebal full, ada yg suka gemuk dan ada yg suka aro langsing dan spoony.
Terus terang gue bolak balik liat aro ya rata2 kalo memang kelas bagus susah nilainya ya? liat koleksi N1wan jadi bingung , bagus semuanya, liat foto2 bang Julius juga salut sama ring2 VFSRnya ciamik2 .
Intinya mungkin ke pendapat mas Roy bkn ttg jurinya tapi bagaimana masyarakat aro Indo ke masadepannya, apa akan berakhir spt perkutut dsb?
Gue bantu experiment aja deh dan sharing2 aja kalo ada yg mau nanya ttg air dan penyakit ,mumpung contekan di perpustakaan banyak he he

Bung JD kan udah pakar air dan penyakit, udah tdk ada masalah lagi dg aro, jadi tinggal nambah koleksi, sayang ilmunya kalau tidak dipraktekan. Saya sendiri masih belajar terus, masih banyak sekali misteri di arwana yg belum saya pahami, tantangan untuk kita semua.....

[N1WAN]

Originally Posted by defro

hehehe...emang begitu sikonnya......
Arwana emang ikan lokal kita, namun produksi (bibit) yang bagus2 telah diprioritaskan untuk di ekspor (higher price), sisa jual lokal hanya sisa sortir......dengan asumsi metode pemeliharaan sama kuat antara lokal & asing, ikan2 asing lah yang lebih unggul karena faktor diatas tadi.

Mengapa terjadi demikian, karena orang luar lebih menghargai arwana kita dengan harga yg tinggi, wajar jika mereka yg berani membayar tinggi (menghargainya) mendapat qualitas yg terbaik. Ingin harga murah .... ya dapat qualitas sortiran. Dan kita masih memiliki budaya latahlebih menghargai hasil/produk luar daripada produk lokal.

Yang ironis, seperti cerita Bung Roy

Originally Posted by Roy

"Seperti kita semua tau ahirnya kita menjadi pengimport perkutut Bangkok terbesar

apa benar produk mereka selalu lebih bagus dan lebih baik, apa tidak dan bukan karena kita yg latah menganggap produk luar/import selalu lebih bagus. Apakah kita tau, karena budaya latah ini, pedagang sengaja mengirim produksinya keluar, agar supaya hilang made in Indonesia (karena ndak laku kalau produk lokal), dan dikirim balik lagi dengan label made in negara x, barang import, nama keren bangkok, Purple, Violet tak tau mereka kalau itu sebenarnya merupakan Indonesian Perkutut, Indonesian Arwana dll

Benar tidak rekan2 atau saya yg salah, koreksi dan tambahan persilahkan.

[hendri]

betul itu... aro indo is the best.. !

[JD Winata]

Iya konsumen mau jujur nich, kadang konsumen Indo mau murah dan bagus, padahal kalo pedagang mau jujur juga : yang bagus khan biasanya gak akan dijual murah juga khan?
He he he, Mahal dikit gak apa2lah yg penting puas dan terjamin koq.
The best is always the cheapest