Home News Articles Forum Member Profile Agent About Us Contact Us
 » Recent Photo Posts

Go Back   N1wanRed FORUMS > ARWANA Forum > Tips & Trik > F e e d
Register FAQ Members List Calendar Search Today's Posts Mark Forums Read

F e e d Mau tau jenis-jenis makanan aro, dari yang nature, buatan, yang bagus untuk pertumbuhan, atau perkembangan warna, juga tip-tip memilihara dan menyimpannya, atau menternakan dan membuat sendiri

Reply
 
Thread Tools
Old 11-11-2002, 08:45 AM   #1
arwan
 
Join Date: Sep 2005
Posts: 0
Talking

Selengkapnya bisa baca disini:
http://nakula.rvs.uni-bielefeld.de/m.../serangga.html

Atau kalau mau cepat silahkan lihat kutipan berikut:

SERANGGA SEBAGAI SUMBER MAKANAN BERGIZI BAGI MANUSIA
Dadan Hindayana
staf pengajar HPT IPB, saat ini sedang menyelesaikan S3 di Universitas Hannover, Jerman.
E-mail: hindayana@mbox.ipp.uni-hannover.de atau
dadan.hindayana@stud.uni-hannover.de
Serangga sebagai makanan traditional bagi manusia telah lama dikenal terutama di Afrika tengah dan selatan, Australia, Asia dan Amerika Latin. Tercatat sekitar 500 spesies serangga di seluruh dunia telah dimanfaatkan sebagai sumber makanan. Tetapi perhatian terhadap hal ini terasa lebih intensif beberapa tahun terakhir ini bersamaan dengan semakin besarnya perhatian masyarakat barat. Sebelumnya mereka menganggap bahwa serangga merupakan makanan bagi bangsa primitive atau masyarakat miskin. Kini masyarakat barat menyadari bahwa serangga sebenarnya tak beda dengan binatang lainnya yang sudah umum dikonsumsi. Dalam segi gizi, terutama protein, serangga memiliki kandungan yang sama dengan daging ayam. Selain itu, pemanfaatan serangga sebagai makanan bagi manusia juga memiliki keuntungan lain dipandang dari aspek ekonomi dan ekologi. Di Indonesia sendiri, sebagian masyarakat telah lama memanfaatkan serangga ini sebagai bahan makanan, tetapi yang tercatat resmi dalam literatur hanyalah kebiasaan masyarakat Irian Jaya yang memanfaatkan lundi (larva atau serangga fase pra dewasa) dari Kumbang yang menyerang pohon aren atau pohon kelapa (Rhynchophorus ferrugineus papuanus).

Upaya untuk mempopulerkan serangga kini semakin gencar, terutama dengan melihat kenyataan bahwa serangga tidak lagi menjadi makanan bagi orang-orang yang kurang mampu, tetapi telah banyak diterima oleh kalangan terpandang, seperti di Thailand, Jepang, Meksiko dan Madagaskar. Di Thailand serangga telah menjadi menu sajian di Hotel termahal di Bangkok (Oreintal Hotel). Di Jepang, tiga menu berinti serangga yaitu "Inago", "Hachinoko" dan "Zazamushi", telah tersedia di restauran-restauran di Tokyo. Hal yang sama terjadi juga di Meksiko.

Di Amerika Serikat, upaya mengubah persepsi masyarakat dilakukan terutama melalui jalur pendidikan. DeFoliart (1999) dalam "Annual Review of Entomology" melaporkan bahwa siswa sekolah menengah dan mahasiswa di sana kini menunjukan minat yang besar terhadap bidang ini. Tumbuhnya minat yang besar tersebut didorong oleh gencarnya publikasi terutama setelah diterbitkannya buletin "The Food Insects Newsletter" pada tahun 1988. Buletin ini menjadi forum komunikasi dan jaringan kerja sama diantara para peneliti, pengajar dan semua orang yang memiliki ketertarikan terhadap bidang tersebut. Selain buletin, penulisan buku tentang serangga dengan pendekatan ilmiah populer seperti yang dilakukan oleh MR. Berenbaum (1995, "Bug in in the system") dan P.J. Gullan bersama P.S. Cranston (1994, "The Insect: An Outline of Entomology") juga telah berperan dalam mempermudah pemahaman khalayak terhadap ilmu serangga. Sementara itu, Pemerintah Thailand (Kementrian Kesehatan Masyarakat) telah bertindak lebih jauh, yaitu dengan membuat semacam panduan mengenai berbagai jenis makanan yang mengandung lemak dan protein tinggi, di mana di dalamnya enam spesies serangga telah dicantumkan. Di Indonesia, upaya ke arah itu masih sedikit dilakukan baik melalui jalur pendidikan maupun pemerintahan

Jenis-jenis Serangga yang umum dikonsumsi
Seperti telah disebutkan di atas bahwa tercatat 500 spesies serangga yang telah dimanfaatkan oleh manusia sebagai makanan. Serangga yang umum dikonsumsi adalah belalang, lundi (kadang-kadang juga kumbang dewasanya), rayap (laron), jangkrik, lebah, semut, cicada (tonggeret), beberapa serangga air dan berbagai jenis ulat yang umumnya dari keluarga Saturniidae (contoh serangga yang masuk keluarga ini di Indonesia adalah ulat Kupu Gajah yang biasa menyerang daun alpukat).

Dari sekian banyak itu, jenis-jenis serangga tertentu sangat populer dan telah menjadi komoditi penting di beberapa negara. Di Jepang, belalang padi (Oxya yezoensis) merupakan serangga yang paling terkenal dan banyak dikonsumsi. Serangga ini menjadi inti menu yang disebut "Inago". Serangga lainnya adalah larva lebah, menunya disebut "Hachinoko" yang termasuk makanan kesukaan Kaisar Hirohito". Larva lebahnya dijual dengan harga US$ 8.00 per can (= 65 g). Menu lainnya yang terkenal di Jepang adalah "Zazamushi". Menu ini terbuat dari serangga air terutama larva Trichoptera. Di Thailand, serangga yang paling terkenal adalah larva lebah (Apis spp.), diikuti oleh belalang (Patanga succincta), lundi kumbang (Scarabaeidae) dan kepik air (Lethocerus indicus). Produk segar dari lebah kini mereka eksport untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Jepang. Selain itu lebah juga menjadi komoditi pariwisata. Banyak kelompok wisatawan dari Jepang yang datang ke Thailand bertujuan hanya untuk membeli dan mengkonsumsi lebah tersebut. Dari Meksiko dilaporkan bahwa "escamoles" yaitu larva semut (Liometopum apiculatum dan L. occidentale var. luctuosum) telah dikembangkan dalam skala industri kecil. "Escamoles" ini di restauran-restauran dijual dengan harga US$ 25 per hidangan (satu piring). Sementara di Afrika Selatan, serangga yang paling populer adalah ulat dari keluarga Saturniidae (Gonimbrasia belina) yang disebut "mopanie". Pada musim-musim tertentu konon dilaporkan bahwa penjulan ulat "mopanie" ini sangat berpengaruh terhadap perdagangan daging sapi. Di Amerika Serikat "snacks"(makanan ringan) terbuat dari jangkrik telah diperdagangkan di pasar-pasar swalayan. Gullan dan Cranston dalam bukunya "Insects: An Outline of Entomology" memperkirakan bahwa "the bugburger" (burger dari kepik) atau "cricketburger" (dari Jangkrik) atau "beeburger" (dari lebah) bukan hal yang tak mustahil dalam waktu yang tak lama lagi akan menjadi alternatif bagi "hamburger" (makanan Bangsa Amerika berupa semacam roti tangkep yang biasanya berisi daging sapi atau babi) yang sudah dikenal pula di Indonesia. Hal ini memang sangat logis terutama bila promosi gencar dilakukan sehingga persepsi orang bisa berubah. Bukankah persepsi seseorang terhadap makanan terbentuk karena kebiasaan saja?

Nilai Gizi
Serangga memiliki kandungan gizi yang baik terutama protein dan lemak serta beberapa vitamin dan mineral. Larva lebah memiliki kandungan protein setara dengan daging ayam dan lebih baik dibanding udang. Sedangkan kandungan vitamin dan mineralnya sama dengan daging ayam dan udang. Laporan lain menyebutkan bahwa kandungan protein dari Jangkrik Mormon (Acheta domesticus) setara dengan protein dari kedelai. Serangga juga memiliki kandungan asam amino lysine dan threonine yang tinggi (padi, jagung, gandum dan ubikayu mengalami defesiensi kedua asam amino tersebut). Selain protein, kandungan kolesterol serangga sangat rendah, bahkan pada semut (Atta cephalotes) sama sekali nol. Kelemahan yang dimiliki serangga terletak pada kandungan chitin-nya yang menyebabkan penyerapan protein oleh tubuh rendah. Tetapi chitin sendiri bisa dipecah dengan jalan ekstraksi alkali atau dengan larutan asam mineral. Hasil penelitian menunjukan bahwa memecah chitin pada lebah (Apis mellifera) bisa meningkatkan ketersediaan protein dari 71.5 % ke 94.3 %.

Peluang berusaha
Selain meningkatkan kualitas makanan bergizi yang murah, pemanfaatan serangga sebagai makanan bagi manusia juga bisa mengisi peluang berusaha dengan prospek yang baik. Serangga pada umumnya memiliki siklus hidup yang singkat (kecuali tonggeret), berkeperidian (kemampuan menghasilkan keturunan) tinggi, berukuran kecil dan membutuhkan makanan yang mudah di dapat di alam. Selain itu, untuk membiakan dalam jumlah banyak, serangga hanya memerlukan ukuran ruangan atau tempat yang tak terlalu besar. Oleh karena itu hampir setiap orang (termasuk yang bermodal rendah) dapat melakukan usaha tersebut. Ini menjadi peluang yang besar untuk menciptakan lapangan kerja yang luas dengan skala "home industri". Saya kira, jika ini mendapat perhatian besar dari pemerintah, paling tidak akan sedikit membuka jalan mengurangi tingkat pengangguran yang saat ini semakin besar. Selain itu, jika serangga sebagai makanan bagi manusia bisa diterima oleh masyarakat Indonesia secara luas, maka jelas akan bisa mengurangi beban pemerintah dengan menghilangkan biaya untuk import daging.

Jenis serangga yang memiliki pasaran cerah adalah lebah (Apis sp.), jangkrik (Acheta domesticus), larva kumbang tepung (Tenebrio molitor), ulat lilin/sarang lebah (Galleria mellonella) dan belalang padi (Oxya yezoensis).

Keuntungan Ekologi
Pemanfaatan serangga sebagai bahan makanan manusia juga akan memberikan dampak ekologi yang menguntungkan. Jika serangga menjadi komoditi penting, maka banyak masyarakat akan mencarinya. Tanaman pertanian pun tak akan luput dari sasaran. Hal ini jelas sangat berguna dipandang dari sudut pengendalian hama tanaman. Pengendalian hama secara mekanik merupakan salah satu komponen dalam Pengendalian Hama Terpadu dan bila hama tanaman sudah bisa dikendalikan dengan cara tersebut maka penggunaan insektisida akan semakin berkurang. Dengan demikian, salah satu isu penting dalam konsep Pembangunan Pertanian Berkelanjutan (Sustainable Agriculture development) sedikitnya sudah bisa terpecahkan.
arwan is offline   Reply With Quote
Old 11-12-2002, 12:07 AM   #2
dOels (810)
NAC MEMBER
 
dOels's Avatar
 
Join Date: Aug 2004
Location: X-Malang - Jakarta Timur.
Posts: 810
Default

Bung Arwan,
Sori saya koment judul topiknya aja
</span><table border="0" align="center" width="95%" cellpadding="3" cellspacing="1"><tr><td>Quote </td></tr><tr><td id="QUOTE">Inilah yg buat aro saya balik ke jangkrik [/quote]<span id='postcolor'>Baru2 ini aro saya (RB 29 cm) emang kecanduan jangkrik, nggak mau kodok atau ikan, ulet kadang2, tapi kurang bernafsu. Setelah diusahakan sedemikian rupa, dia mulai santap kodok. Cuma yg saya lihat, kok cara makan kodoknya seperti makan jangkrik, masa kodok dikunyah2 ? trus respon pelemparan makanan, dia biasa menyambar kalo pas menyentuh air, nah kalo kodok begitu sentuh air kadang langsung kabur. Si aro nggak dapet kodoknya. Kesimpulan sementara saya : Arwana makan bergantung kebiasaan jenis makanannya. Sebaliknya, bila sering diberikan makanan ikan (ikan mati dari freezer), sewaktu dikasih jangkrik----> langsung telan ! apa akibatnya? krongkongannya nggak siap, kadang ada problem sampai sukar untuk dikeluarkan kembali. Jangkrik kurang mengandung pelicin seperti ikan/kodok, juga postur tubuh ikan/ kodok mudah masuk dg ditelan/tidak dikunyah dulu. Aro saya sekarang makan dg pola interval 24 jam, pertama kodok kecil seujung kelingking ! , berikutnya cemilan ulet hk (harus berturutan menghindari efek kenyang dari tekanan lambung). Bila memberikan dua ekor kodok, maka untuk kodok kedua harus simultan.

Salam,
dOels is offline   Reply With Quote
Reply


Currently Active Users Viewing This Thread: 1 (0 members and 1 guests)
 
Thread Tools

Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

vB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off
Forum Jump


All times are GMT +7. The time now is 08:49 PM.


Powered by vBulletin® Version 3.6.5
Copyright ©2000 - 2024, Jelsoft Enterprises Ltd.
N1wanRed.com
Red2Black Style By: Chefhost.com